Anda pasti sudah tidak asing dengan istilah yang beredar pada bisnis online yaitu Reseller dan Dropshipper. Keduanya adalah sistem bisnis yang sangat cocok untuk dijalankan pada saat ini karena memanfaatkan perkembangan teknologi. Namun, kedua istilah ini masih seringkali disalahgunakan dan dianggap sama. Pada artikel di bawah ini, kami akan membahas mengenai konsep Reseller dan Dropship, kelebihan dan kekurangan masing-masing sistem tersebut, serta perbedaan dan resikonya. Mana yang lebih cuan diantara kedua sistem tersebut? Simak terus artikel di bawah ini.
1. Reseller
a. Apa itu Reseller
Reseller adalah tindakan menjual kembali sebuah barang dari supplier dengan komisi yang telah ditentukan sendiri atau ditetapkan oleh supplier. Pernyataan ini diungkapkan oleh Ahmad Syafii pada bukunya yang berjudul “Step By Step Bisnis Dropshipping & Reseller”. Reseller biasanya memiliki jumlah stok yang terbatas dalam jumlah kecil dan hanya memesan ketika produk yang bersangkutan memiliki demand (permintaan).
Dari sisi produsen atau orang yang membuat produk, memiliki Reseller sebenarnya merupakan strategi yang baik dalam berbisnis. Ini dikarenakan kehadiran Reseller dapat menghasilkan penjualan dalam jumlah besar dengan cepat. Anda sebagai Reseller juga tidak perlu repot-repot mengembangkan produk dan hanya perlu berfokus pada penjualan dan strategi pemasaran.
b. Cara Kerjanya
Bagaimana cara kerja reseller? Pada dasarnya, sistem Reseller mirip dengan sistem bisnis yang konvensional. Pada sistem bisnis konvensional, Anda sebagai Seller membuat produk yang akan dijual atau membelinya dari Supplier. Kemudian Anda akan menyimpan stok atau inventaris, melakukan packing, mempromosikan produk tersebut, lalu customer yang tertarik akan membelinya dan membayar kepada Anda. Pada sistem Reseller, Anda tidak perlu repot menyiapkan banyak tempat untuk stok dan membuat produk yang dijual. Anda hanya perlu mencari supplier, lalu mempromosikan produk tersebut ke customer potensial.
Reseller tidak bisa disamakan dengan Distributor. Perbedaan Reseller dan Distributor adalah apabila Reseller menjual barang langsung kepada konsumen, Distributor merupakan rantai pertama setelah produsen.
c. Kelebihan dan Kekurangan Reseller
Kelebihan:
- Tidak perlu memikirkan inovasi produk serta proses produksi karena produk dibeli langsung dari Supplier
- Margin keuntungan lebih fleksibel karena Anda dapat menentukan harga jual sendiri
- Lebih bebas mengontrol bisnis karena Anda tidak harus bergantung pada satu Supplier saja seperti bisnis konvensional
- Lebih mudah melakukan ekspansi bisnis karena proses penjualan, pemasaran, supply chain, dan lain-lain semua dijalankan sendiri
Kekurangan:
- Dalam beberapa kasus, membutuhkan modal awal untuk menyimpan stok
- Harus menyiapkan tempat (meskipun tidak banyak) untuk menyimpan stok
- Ada resiko harus bersaing dengan Reseller lain yang menjual produk serupa, terutama bila produk yang dijual berasal dari brand ternama
2. Dropshipper
a. Apa itu Dropshipper & Cara kerjanya
Akseleran.co.id menyebutkan bahwa Dropship adalah suatu sistem transaksi saat penjual berperan sebagai supplier dan pembeli bertindak sebagai distributor. Namun, dalam bisnis ini, Anda sebagai Seller tidak perlu melakukan packing maupun menyimpan stok karena produk akan dikirim langsung dari Supplier ke Customer Anda. Sistem ini dapat berjalan dengan lancar berkat bantuan kecanggihan teknologi dimana Anda dapat dengan mudah mencari Supplier dengan harga murah. Kemudian, Anda juga dapat menjualnya kembali di platform e-commerce dengan keuntungan yang Anda inginkan.
Melalui e-commerce, Anda juga dapat melakukan benchmarking serta memperhitungkan jumlah kompetitor Anda yaitu Dropshipper lain. Anda juga dapat melakukan research dan mencari produk-produk bagus yang belum dijual oleh Dropshipper manapun untuk meningkatkan peluang produk tersebut dapat terjual. Biasanya, produsen atau Supplier akan sangat terbuka terhadap Dropshipper maupun Reseller. Ini dikarenakan kehadiran Reseller dan Dropshipper membantu mereka dalam mengurangi biaya pemasaran serta gaji sumber daya manusia untuk memperkenalkan produk mereka ke masyarakat.
b. Cara Kerjanya
Cara kerja Dropship juga tidak jauh berbeda dengan sistem Reseller. Apabila sebagai Reseller Anda harus menyimpan stok dan menjual produk Supplier, sebagai Dropshipper Anda hanya perlu memasarkan produk tersebut. Anda juga tidak perlu membuat branding dan melakukan packing. Peran Anda adalah sebagai tenaga pemasaran atau marketing bagi produk-produk Supplier. Ketika ada pembeli yang tertarik dengan produk Supplier, Anda hanya perlu memesan kepada Supplier untuk langsung dikirim ke pembeli tersebut. Harga jual dan keuntungan biasanya bebas fleksibel tergantung Anda dan harga persaingan dari kompetitor.
Karena sistem Dropship merupakan sistem yang benar-benar based on trust (bergantung pada kepercayaan) Anda kepada Supplier, maka Anda harus mencari Supplier yang baik. Ciri-ciri Supplier yang baik untuk Dropshipping adalah:
- Terbukti memiliki kualitas produk yang baik
- Dapat dengan mudah diajak untuk berkomunikasi, terutama yang bisa fast-respond
- Dapat dipercaya dan mampu bekerja-sama dengan Anda. Karena dalam beberapa kasus, ada Supplier yang bersedia untuk melepaskan tanda branding mereka agar Customer Anda tetap membeli produk tersebut hanya melalui Anda. Bahkan, ada Supplier yang juga bersedia menempelkan branding Anda ke produk mereka sebelum barang tersebut dikirim ke Customer Anda. Sehingga juga menjamin keberlangsungan perusahaan Anda sebagai Dropshipper.
c. Kelebihan dan Kekurangan Dropship
Kelebihan:
- Tidak perlu repot mengurus stok serta memikirkan proses produksi dan inovasi produk karena produk yang dijual dibeli langsung dari Supplier
- Sistem Dropship dapat dijalankan tanpa modal. Konsepnya seperti pre-order dimana Anda terlebih dahulu menerima pembayaran dari Customer, lalu Anda memesan produk tersebut dari Supplier dengan uang pembayaran tadi
- Dropship untuk pemula dianggap cocok karena menawarkan kemudahan berbisnis yang sangat time-flexible. Anda dapat mengerjakan bisnis Dropshipping bersamaan dengan hal lain karena Anda hanya perlu melakukan pemasaran dan memperkirakan keuntungan
- Anda juga tidak perlu memikirkan packing beserta proses pengiriman produk ke Customer karena produk dikirimkan langsung dari Supplier
Kekurangan:
- Proses Dropship dapat memakan waktu yang lebih lama daripada Reseller maupun bisnis konvensional. Ini dikarenakan pada sistem Dropship, produk sebenarnya belum sampai di tangan Anda sehingga secara teknis statusnya masih belum ready. Anda juga tidak selalu bisa memastikan waktu estimasi produk tersebut sampai di tangan Customer. Sulit untuk memastikan apakah barang Supplier sedang kosong atau tidak.
- Produk yang memiliki kualitas buruk berpotensi merusak nama baik perusahaan Anda. Anda juga tidak selalu bisa melakukan QC (Quality Control) terhadap produk-produk yang terjual karena barang tersebut dikirim tanpa melalui Anda.
- Sistem Dropship mengharuskan Anda menaruh kepercayaan yang besar terhadap Supplier. Sehingga Anda harus melakukan banyak riset sebelum melakukan kerja sama dengan Supplier tersebut untuk mengurangi resiko adanya masalah di kemudian hari.
3. Perbedaan & resiko keduanya
Perbedaan Reseller dan Dropship yang pertama terletak pada modalnya. Dalam sistem Dropship, Anda tidak memerlukan modal awal karena bisa menggunakan uang pembayaran dari Customer. Sedangkan dalam sistem Reseller, diperlukan modal awal karena Reseller harus memiliki stok untuk memastikan ketersediaan barang. Perbedaan selanjutnya adalah mengenai profit atau keuntungannya. Pada Dropship, Anda tidak mengeluarkan modal awal, sehingga keuntungan yang akan Anda dapatkan juga tidak bisa terlalu jauh dengan harga awal dari Supplier. Sedangkan Reseller dalam beberapa kasus biasanya bisa mengambil keuntungan ketika membeli sebuah produk dalam jumlah yang besar. Semakin banyak stok yang mereka beli dari Supplier dalam sekali transaksi, maka semakin murah pula harga produk per-satuannya karena ongkos kirimnya juga menjadi semakin murah.
Tentu saja, baik sistem Reseller maupun Dropship tidak luput dari adanya resiko, sama seperti bisnis konvensional. Menurut akseleran.co.id, bisnis Dropship memang tampak mudah dijalankan. Namun, terdapat resiko seperti kosongnya persediaan produk pada Supplier ketika Customer sudah terlanjur memesan produk spesifik tersebut. Jika stok produk mengalami kekosongan untuk waktu yang lama, maka otomatis tidak akan ada pemasukan bagi Dropshipper tersebut. Sedangkan pada Reseller, mereka juga beresiko mengalami kerugian ketika produk yang sudah dibeli dari Supplier dan disimpan sebagai stok ternyata tidak laku terjual. Ketika hal ini terjadi, tidak jarang para Reseller harus menjual rugi produk-produk tersebut agar setidaknya tidak menumpuk di gudang mereka.
4. Jadi, mana yang lebih menguntungkan?
Kesimpulannya, apabila dilihat dari profit yang didapatkan, Reseller sebenarnya bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada Dropshipper. Namun dari sisi kemudahan, menjadi Reseller lebih memakan banyak waktu dan tenaga dibandingkan dengan Dropship. Meskipun Dropship adalah solusi untuk benar-benar berbisnis tanpa modal, namun keuntungan biasanya hanya didapatkan dari komisi penjualan produk saja. Dengan menjadi Reseller, Anda juga akan otomatis belajar cara berbisnis dan menangkap peluang dan trend. Sedangkan Dropship lebih mudah bagi Anda yang memiliki kesibukan dan menginginkan penghasilan sampingan.
Lalu mana yang lebih menguntungkan? Reseller dan Dropship memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kalau tanya penulis, ya dua-duanya bagus asalkan bisa menghasilkan cuan. Asal ada kedisiplinan dan niat, Anda bisa menjadi sukses baik sebagai Reseller maupun Dropshipper. Apakah Anda tertarik untuk cuan bersama AsiaCommerce? Bergabunglah bersama kami Belajar Jualan di Kelas Reseller. Klik disini atau pada gambar di bawah ini!