Diperbarui oleh Aviccena Izzul Wirawan pada 11 Februari 2023
Menentukan model bisnis adalah langkah awal yang penting sebelum membangun usaha. Jika tidak ditentukan, Ascomers akan kesulitan menentukan arah bisnis dan value yang ingin ditawarkan ke konsumen. Hal ini juga berlaku jika Ascomers ingin belajar berbisnis online. Nah, apa saja model bisnis e-commerce itu? Kita akan membahasnya di blog ini. Selain itu, Ascomers juga akan mempelajari berbagai macam metode operasi yang dapat digunakan dalam bisnis e-commerce. Dengan memahaminya, Ascomers akan lebih mudah dalam menentukan cara yang paling tepat untuk menjalankan bisnis.
4 Model Bisnis Ecommerce yang Umum
Dalam bisnis online, setidaknya ada empat model bisnis e-commerce, di antaranya :
- B2B (Business to Business)
- B2C (Business to Consumer)
- C2C (Consumer to Consumer)
- C2B (Consumer to Business)
Keempat model bisnis tersebut tentunya memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Mari kita bahas satu per satu.
1. B2B (Business to Business)
Sesuai namanya, perusahaan yang menjalankan model bisnis ecommerce ini menjual produk atau jasanya kepada perusahaan lainnya. Konsumen dalam model bisnis B2B belum tentu merupakan end user dari barang atau layanan yang dibeli. Mereka bisa saja bertindak sebagai reseller dan menjualnya kembali ke konsumen lain. Oleh karena itu, Business to Business cenderung memiliki siklus penjualan yang panjang. Di samping itu, usaha pemasaran yang dibutuhkan untuk menarik minat konsumen B2B lebih berat dibandingkan model bisnis lainnya. Akan tetapi, keunggulan dari model bisnis ini adalah tingkat penjualan dan loyalitas pelanggan yang tinggi.
Perusahaan dengan model bisnis e-commerce ini biasanya menawarkan hal-hal yang tidak jauh dari inventarisasi usaha, seperti peralatan kantor, mesin pabrik, dan perlengkapan industri lainnya. Tak hanya itu, produk dan layanan digital juga termasuk komoditas umum dalam e-commerce B2B. Contohnya adalah software dan web hosting. Perusahaan B2B Indonesia yang terkenal di antaranya adalah Mbiz dan Electronic City. Keduanya menawarkan berbagai kebutuhan elektronik industri dan rumah tangga.
2. B2C (Business to Consumer)
B2C adalah model bisnis e-commerce yang paling umum, di mana perusahaan menjual produk atau layanannya kepada konsumen end user. Kebalikan dari B2B, model bisnis ini tidak membutuhkan usaha pemasaran yang berat. Pada umumnya konsumen juga tidak membutuhkan waktu lama untuk membeli dari bisnis Business to Consumer.
Namun, kebanyakan konsumen B2C hanya melakukan satu kali transaksi dan dalam jumlah yang kecil. Selain itu, loyalitas konsumen dalam model bisnis e-commerce ini biasanya rendah. Seperti yang Ascomers ketahui, perusahaan yang bergerak dalam bidang Business to Consumer menawarkan produk dan layanan yang beragam. Mulai dari kebutuhan sehari-hari, peralatan untuk bekerja hingga hiburan. Contoh perusahaan B2C di Indonesia adalah Tokopedia dan Shopee.
3. C2C (Consumer to Consumer)
Ciri model bisnis C2C adalah sesama pelanggan bisa melakukan transaksi baik secara langsung maupun lewat perantara pihak ketiga. Para pelaku bisnis Consumer to Consumer biasanya bergantung pada situs berisi iklan, marketplace, dan forum untuk memasarkan barangnya. Di Indonesia, jenis e-commerce ini sering ditemukan di OLX dan Kaskus.
Bisnis C2C digandrungi karena siklus bisnis yang tergolong pendek. Konsumen pada umumnya tahu yang mereka inginkan. Oleh karena itu, pelaku model bisnis ini tidak perlu bekerja keras untuk memasarkan dagangannya. Akan tetapi, model bisnis e-commerce ini tidak dapat diandalkan sebagai sumber penghasilan utama. Selain harga barang yang terus menurun, penjual juga tidak bisa menjamin kualitas barang yang dijual.
4. C2B (Consumer to Business)
Selain kepada sesama individu, konsumen juga dapat menjual jasa ke bisnis atau perusahaan. Kebalikan dari C2C yang dagangannya berupa produk, pelaku C2B biasanya menawarkan jasa kepada konsumennya. Oleh karena itu, para pekerja freelance termasuk dalam model bisnis ini.
Pelaku model bisnis Consumer to Business biasanya memasarkan jasanya menggunakan website. Namun, tidak sedikit juga yang bergantung pada situs listing layanan. Di Indonesia, contoh situs semacam ini di antaranya adalah Upwork dan Freelancer.
Meskipun pelakunya konsumen, model bisnis e-commerce ini membutuhkan usaha pemasaran yang tinggi. Ini diperlukan karena ada banyak kompetitor dan perusahaan sebagai konsumen juga akan memilih penyedia jasa dengan sangat berhati-hati.
7 Metode Operasi dalam Bisnis E-commerce
Meskipun model bisnis e-commerce dibagi menjadi empat jenis, tetapi metode operasinya bisa berbeda. Metode ini meliputi cara mendapatkan barang dagangan, pengelolaannya, dan pengiriman kepada pelanggan. Nah, di bawah ini adalah tujuh metode operasi yang dapat digunakan dalam bisnis e-commerce.
1. Shipping
Ini adalah cara yang paling umum dalam perdagangan online. Ascomers bisa memproduksi barang sendiri atau kulakan dari bisnis lain, lalu menjualnya melalui website marketplace. Untuk menyerahkan pesanan konsumen, Ascomers hanya perlu mengemas dan memberikannya kepada jasa pengiriman yang ditentukan.
Cara ini memungkinkan Ascomers untuk memastikan kualitas dan packing barang. Namun, Ascomers harus memiliki gudang atau tempat untuk menyimpan stok dagangan. Oleh karena itu, Ascomers perlu menyiapkan modal lebih jika ingin menggunakan metode ini.
2. Dropshipping
Metode ini adalah kebalikan dari shipping. Ascomers tetap memasarkan dan menjual produk secara mandiri. Namun, barang yang Ascomers jual adalah barang yang diproduksi dan disimpan oleh pihak lain. Tidak hanya itu, produsen barang juga bertanggung jawab untuk mengemas dan mengirimkan setiap pesanan yang masuk. Yang lebih menarik lagi, Ascomers mendapatkan 100% keuntungan dari hasil penjualan. Hanya saja, metode ini mengharuskan Ascomers untuk mendaftarkan diri ke platform atau program dropshipping. Contoh platformnya adalah Oberlo dan Dropshipaja.
Untuk dapat mendaftar ke platform dropshipping, Ascomers perlu membayar sejumlah biaya yang diberikan setiap jangka waktu tertentu. Kurang lebih seperti berlangganan sebuah jasa. Setiap platform memiliki aturan dalam jumlah barang yang dapat dijual. Jumlah ini juga dapat dipengaruhi oleh tingkat membership yang Ascomers miliki. Walaupun bisnis dropship ini tidak membutuhkan modal yang besar, namun Ascomers tidak dapat melakukan pengecekan kualitas dagangan. Jadi, kalian perlu memastikan bahwa program dropshipping yang ingin Ascomers ikuti terpercaya.
3. Wholesale
Wholesale adalah metode berjualan secara grosir. Dengan kata lain, dagangan hanya ditawarkan dalam jumlah besar, tapi dengan harga satuan yang lebih rendah. Usaha yang melakukan cara ini umumnya menggunakan model bisnis e-commerce B2B. Namun, tidak menutup kemungkinan bisnis e-commerce grosir yang menjual kebutuhan sehari-hari konsumen.
Metode wholesale memiliki keunggulan dan kekurangan yang mirip dengan shipping. Hanya saja, Ascomers memerlukan gudang atau penyimpanan yang lebih besar untuk menyimpan dagangan dalam jumlah yang lebih besar.
4. D2C (Direct to Consumer)
Apakah sobat Ascomers pernah membeli produk dari toko atau website milik suatu bisnis? Jika pernah, berarti Ascomers pernah bertransaksi dengan usaha yang menggunakan metode Direct to Consumer. D2C adalah metode di mana perusahaan memproduksi dan mendistribusikan barang dagangannya sendiri. Di ranah e-commerce, metode ini dilakukan dengan membuat website toko online.
Tentunya, kondisi tersebut memberikan tantangan tersendiri bagi perusahaan yang menggunakan metode D2C. Terutama jika kamu memulai bisnis baru. Karena produk Ascomers tidak dipajang di marketplace maupun toko ritel, Ascomers perlu menginvestasikan waktu dan biaya lebih untuk memasarkannya. Salah satunya adalah menggunakan strategi optimasi mesin pencarian (SEO) agar halaman produk dan website muncul di pencarian Google untuk kata kunci yang ditentukan. Kabar baiknya, metode Direct to Consumer menawarkan banyak keuntungan. Berikut adalah beberapa di antaranya :
- Mendapatkan pendapatan maksimal tanpa perlu membayar marketplace atau ritel.
- Mengenali tren konsumen dengan tool analytics untuk bahan evaluasi.
- Menjual produk custom untuk konsumen.
- Memudahkan testing produk untuk menentukan produk-produk yang paling sesuai untuk konsumen.
5. Private Labeling
Memulai sebuah bisnis bukan berarti Ascomers harus bisa memproduksi barang sendiri. Bisa jadi, kamu sudah memiliki contoh produk, tapi tidak memiliki dana untuk membuatnya dalam jumlah besar. Nah, Ascomers dapat membuat kontrak dengan perusahaan manufaktur untuk memproduksinya. Meski demikian, produk ini tetap dijual dan didistribusikan oleh bisnis Ascomers. Metode ini disebut dengan private labeling. Selain dropshipping, ini adalah metode bisnis lain yang cocok apabila Ascomers belum memiliki modal besar untuk produksi mandiri.
6. White Labeling
White labeling mirip dengan private labeling. Namun, Ascomers tidak meminta sebuah produsen untuk memproduksi barang yang kamu desain. Melainkan, Ascomers bekerjasama dengan perusahaan yang menawarkan white labeling untuk satu atau lebih produknya. Kemudian, Ascomers mendesain sendiri kemasan dan mereknya sebelum didistribusikan.
Cara ini juga dapat Ascomers gunakan untuk memulai bisnis dengan modal yang tidak begitu besar. Namun, kamu harus pintar dalam memilih jenis produk dan perusahaan yang menawarkannya.Ada dua kriteria yang perlu Ascomers perhatikan sebelum memutuskan untuk menjalankan metode ini :
Pikirkan jenis produk yang memang diminati oleh banyak konsumen. Jika tidak, kamu sendiri yang akan rugi.
Setiap perusahaan menawarkan biaya white labeling yang berbeda. Oleh karena itu, kamu perlu mempertimbangkan pilihan terlebih dahulu.
Saat ini produk white labeling tidak hanya berupa fisik, tapi juga digital. Kamu bisa melakukan survei untuk mendapatkan perusahaan yang terbaik untuk bisnismu.
7. Subscription atau Langganan
Subscription adalah metode di mana sebuah bisnis menjual layanan berlangganan produk. Konsumennya akan mendapatkan satu atau lebih jenis produk dalam interval tertentu. Misalnya satu bulan sekali. Karena menyerupai layanan berlangganan, bisnis yang menggunakan metode ini biasanya dapat memiliki penghasilan yang lebih konstan.
Walau demikian, metode subscription hanya sesuai untuk beberapa industri. Pada umumnya, produk kesehatan, kecantikan, dan makanan adalah jenis komoditas yang laku jika dijual dengan cara ini.
Itulah penjelasan tentang model bisnis e-commerce, sudah cukup jelas bukan? Kamu ingin memulai bisnis tapi bingung mau mulai dari mana? Yuk join AsiaCommerce sebagai reseller! Di AsiaCommerce, kamu akan dibimbing bagaimana langkah-langkah sukses dalam menjual produk dari supplier terpercaya. Kamu juga bisa memulai bisnis sebagai reseller bersama AsiaCommerce dengan cara mendownload aplikasi di Android atau iOS dan juga bisa melakukan Konsultasi Gratis dengan chat ke Customer Support Whatsapp kami.