Tahun 2026 diprediksi akan menjadi salah satu periode terbaik bagi para pelaku bisnis yang menjual barang impor. Mulai dari produk lifestyle, elektronik, hingga kebutuhan rumah tangga, permintaan di pasar lokal terus naik seiring perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia. Tidak heran, banyak pebisnis mulai mempersiapkan strategi baru untuk menangkap peluang besar ini.Buat kamu yang ingin memulai atau mengembangkan usaha jualan barang impor, artikel ini akan membahas tren, kategori produk yang potensial, negara asal yang paling laris, hingga tips memulai bisnis impor tanpa takut rugi.
Kenapa Bisnis Barang Impor Masih Menarik di 2026
Meskipun pemerintah beberapa kali mengetatkan aturan impor, minat masyarakat terhadap barang impor tetap tinggi. Berikut alasannya:
1. Kualitas Produk Lebih Variatif
Negara seperti China, Korea, Jepang, dan Eropa menawarkan barang impor dengan kualitas dan inovasi yang lebih cepat keluar dibanding produksi dalam negeri.
2. Harga Kompetitif
Banyak barang impor—khususnya dari China—punya harga pabrik yang jauh lebih murah. Ini membuat pebisnis bisa mengambil margin yang lebih besar.
3. Gaya Hidup Masyarakat Berubah
Tren estetika, teknologi, hingga home living yang terus berkembang meningkatkan kebutuhan akan produk baru dan unik.
4. E-commerce Makin Matang
Pasar marketplace dan social commerce semakin matang, memudahkan pebisnis menjual barang impor tanpa perlu gudang besar atau toko fisik.
Baca Juga: Impor Barang dari China Jadi Solusi untuk Menguntungkan Bisnis?
Kategori Barang Impor Paling Laku di Pasar Indonesia
Berikut kategori barang impor dari China yang diprediksi booming di 2026, lengkap dengan contoh brand yang sudah populer di Indonesia.
1. Elektronik & Smart Device

China adalah pusat produksi elektronik consumer terbesar di dunia.
Contoh produk impor:
- Smartwatch
- Smart home device (lampu pintar, CCTV WiFi, sensor smart)
- Earbuds TWS
- Power station portable
- Mini projector
Contoh brand impor China yang populer di Indonesia:
- Xiaomi / Redmi – smartwatch, earbuds, powerbank, smart home
- Realme – TWS, smartwatch
- Anker (Made in China) – charger, powerbank, kabel
- Baseus – aksesoris HP & gadget
Kategori ini naik karena kebutuhan gadget terus meningkat.
2. Fashion & Aksesoris

Tren fashion cepat (fast fashion) membuat produk China terus mendominasi e-commerce Indonesia.
Contoh produk impor:
- Tas wanita
- Sepatu sneaker
- Jam tangan
- Perhiasan stainless & gold-plated
- Fashion pria (hoodie, outerwear, jersey)
Contoh brand impor dari China yang banyak dijual di Indonesia:
- SHEIN – pakaian wanita
- Manzone China OEM – banyak fashion pria di marketplace
- CURREN – jam tangan low-cost
- BANGE / Tigernu – tas backpack premium OEM China
Fashion impor cepat mengikuti tren sehingga laris untuk online shop.
3. Beauty & Personal Care

Banyak produk beauty yang viral di TikTok ternyata produksi China.
Contoh produk impor:
- Skincare
- Parfum low–mid range
- Haircare premium
- Makeup tools & beauty device
Contoh brand impor China:
- BIOAQUA – skincare viral harga terjangkau
- Imagic Professional – makeup tools dan produk dekoratif
- InFace (Xiaomi Ecosystem) – beauty device seperti cleansing brush
- Focallure – kosmetik murah berkualitas
Kategori ini sangat kuat karena tren TikTok.
4. Peralatan Rumah Tangga
Produk home & living China dikenal murah, fungsional, dan aesthetic.
Contoh produk impor:
- Air fryer & mini cooker
- Blender portable
- Storage organizer
- Home decoration
- Alat kebersihan modern
Contoh brand impor China:
- Deerma – vacuum, humidifier
- Joyoung China OEM – peralatan dapur
- Xiaomi Ecosystem (Mijia) – smart home & peralatan kecil
- Bear – peralatan dapur mini
Produk-produk ini booming karena meningkatnya tren rumah aesthetic.
5. Produk Hobi & Lifestyle
Pasar niche, tapi margin besar.
Contoh produk impor:
- Aksesoris gaming
- Lighting fotografi
- Barang DIY & crafting
- Aksesoris otomotif
Contoh brand impor China:
- Flydigi – kontroler gaming
- Yongnuo – lighting dan lensa kamera
- Ugreen – kabel & perangkat elektronik otomotif
- UGEE / HUION – drawing tablet
Kategori ini cocok untuk penjual spesialis.
Negara Asal Barang Impor yang Paling Populer
Untuk tahun 2026, mayoritas pelaku bisnis semakin memusatkan perhatian pada impor dari China karena negara ini menjadi sumber barang impor terbesar dan paling kompetitif di dunia.
China — Sumber Utama Semua Kategori Barang Impor

China dikenal sebagai pusat produksi global dengan keunggulan:
- Harga pabrik yang sangat kompetitif
- Kualitas produk yang beragam (dari low hingga premium)
- Pilihan kategori super lengkap
- Supplier yang mudah ditemukan
- MOQ fleksibel sehingga cocok untuk pemula
Platform populer untuk mencari barang impor dari China:
- 1688 — harga paling murah khusus pasar domestik China
- Taobao — cocok untuk produk retail & tren
- Alibaba — ekspor global dengan MOQ besar
Dengan kombinasi harga murah, variasi luas, dan supply yang stabil, China tetap menjadi negara nomor satu untuk para pebisnis yang ingin mencari barang impor berpotensi tinggi di 2026.
Tantangan dan Risiko dalam Bisnis Barang Impor
Walaupun menarik, bisnis barang impor tetap punya risiko yang harus dipahami:
1. Regulasi & Aturan Impor
Banyak produk impor berada dalam kategori LARTAS (Larangan dan Pembatasan) atau membutuhkan izin/sertifikat khusus: SKI BPOM untuk kosmetik, SNI untuk beberapa elektronik, AKL untuk alat kesehatan, izin karantina untuk produk makanan, dan lain-lain. Jika dokumen tidak lengkap atau klasifikasi HS Code salah, barang hampir pasti akan tertahan di bea cukai — berpotensi dikenakan denda, pemeriksaan lebih lanjut, atau pembongkaran paksa.
Contoh masalah nyata: kosmetik tanpa nomor registrasi BPOM; powerbank yang tidak memenuhi persyaratan SNI; makanan atau suplemen tanpa sertifikat karantina.
Cara mitigasi:
- Identifikasi regulasi dari awal: sebelum order, cek apakah produk masuk LARTAS dan dokumen apa saja yang diperlukan.
- Konsultasi dengan ahli kepabeanan atau importir berizin: mereka akan bantu klasifikasi HS Code dan estimasi tarif bea.
- Lengkapi dokumen: pastikan ada invoice, packing list, COO (Certificate of Origin), MSDS (untuk bahan kimia), sertifikat BPOM/SNI/AKL bila perlu.
- Gunakan importir dengan API/Akses resmi: perusahaan yang punya Akses Pengusaha Impor (API) atau mitra undername resmi bisa mempercepat clearance.
- Siapkan anggaran cadangan: biaya inspeksi, pengujian, dan penyimpanan bisa muncul — sediakan 5–10% buffer dari nilai CIF.
2. Kualitas Barang Tidak Sesuai
Supplier yang tidak terpercaya dapat mengirim barang yang berbeda spesifikasi, cacat, atau kualitas di bawah ekspektasi. Risiko ini tinggi saat membeli dari marketplace wholesale tanpa vetting.
Contoh masalah nyata: bahan sepatu yang mudah copot, skincare palsu atau berbeda formula, elektronik dengan komponen murah yang cepat rusak.
Cara mitigasi:
- Pilih supplier bereputasi: periksa rating, review foto, dan jumlah transaksi.
- Pesan sample & inspeksi pra-kirim: minta sample atau lakukan inspeksi mutu (QC inspection) pihak ketiga di gudang supplier.
- Spesifikasi tertulis di invoice/kontrak: sertakan ukuran, bahan, toleransi warna, dan fungsi. Cantumkan konsekuensi jika tidak sesuai.
- Asuransi & kebijakan retur: pastikan ada proteksi selama pengiriman dan aturan retur/jaminan kepada supplier.
3. Fluktuasi Biaya Logistik
Ongkos kirim internasional (sea/air freight), biaya fuel surcharge, dan kurs mata uang dapat berubah cepat. Perubahan ini langsung memengaruhi HPP dan margin.
Contoh masalah nyata: tarif kontainer naik mendadak, kapasitas kapal terbatas menjelang peak season, atau nilai tukar CNY/USD melonjak.
Cara mitigasi:
- Gunakan kontrak freight atau forwarder andal: forwarder besar biasanya menawarkan rate lebih stabil dan opsi lock-in rate.
- Hitung HPP dengan skenario: buat perhitungan worst/likely/best case untuk ongkir dan kurs.
- Batching & konsolidasi barang: gabungkan beberapa SKU untuk menekan biaya per unit.
- Pertimbangkan metode pengiriman: kirim FCL untuk volume besar atau LCL untuk trial order; gunakan air express hanya untuk barang bernilai tinggi/urgent.
4. Risiko Barang Rusak atau Hilang
Pengiriman lintas negara melewati banyak sentuhan (loading, unloading, transhipment). Kesalahan packing, handling kasar, atau praktik forwarder buruk meningkatkan risiko kerusakan atau kehilangan.
Contoh masalah nyata: paket basah karena pallet rusak, kotak penyok menyebabkan elektronik rusak, atau kehilangan pallet di pelabuhan transit.
Cara mitigasi:
- Packing yang sesuai standar ekspor: gunakan inner packing, bubble wrap, dan pallet yang kuat; cantumkan handling marks (FRAGILE, THIS SIDE UP).
- Pilih forwarder dengan tracking & asuransi cargo: asuransi cargo yang mencakup kerusakan/transit loss minimal memitigasi kerugian.
- Inspeksi saat tiba: lakukan quality check di gudang lokal sebelum distribusi.
- Gunakan Incoterms tepat: pahami tanggung jawab seller vs buyer (FOB vs CIF vs DDP) untuk risiko dan biaya.
5. Persaingan Harga di Marketplace
Marketplace sering memicu perang harga karena banyak seller bisa menjual produk serupa dari supplier yang sama. Tanpa diferensiasi, perang harga dapat menggerus margin.
Contoh masalah nyata: banyak toko menjual powerbank model X dengan harga hampir sama karena beli dari satu supplier besar.
Cara mitigasi:
- Diferensiasi produk & value-add: tawarkan bundling, garansi, packaging yang menarik, atau bundling layanan after-sales.
- Bangun brand & positioning: fokus pada customer service, kecepatan pengiriman, dan review positif untuk menonjolkan nilai non-harga.
- Gunakan private label atau OEM: kerja sama dengan supplier untuk private label agar kompetitor tidak menjual produk identik.
- Kontrol stok & kanal penjualan: jangan hanya bergantung pada 1 marketplace—jual juga di website sendiri atau kanal B2B untuk margin lebih baik.
Dengan penanganan yang tepat pada tiap risiko di atas, bisnis barang impor dari China dapat berjalan lebih aman, lebih terukur, dan berkelanjutan.
Baca Juga: Daftar Larangan Impor Terbaru: Jangan Sampai Bisnis Kamu Rugi!
Tips Memulai Bisnis Barang Impor Tanpa Takut Rugi
Berikut langkah paling aman untuk pemula:
1. Riset Produk Impor yang Punya Demand Stabil
Lebih dari sekadar lihat produk populer — riset harus sistematis.
- Gunakan data kuantitatif: cek volume pencarian Google Trends, kata kunci terkait (rising queries), dan fitur “Top Search” di marketplace (Shopee/Bukalapak/Tokopedia). Catat tren 3–6 bulan terakhir.
- Pantau sosial & marketplace: lihat produk yang viral di TikTok Creative Center, video dengan engagement tinggi, serta best-seller list di kategori terkait. Simpan 10 kandidat produk yang sering muncul.
- Validasi harga & margin: bandingkan harga grosir di 1688/Taobao dengan harga jual lokal marketplace. Hitung margin kasar (harga jual potensial — biaya total) untuk menentukan kelayakan.
- Uji permintaan mikro: buat listing pra-order atau iklan kecil (Rp100–300 ribu) untuk menguji klik dan konversi sebelum order besar.
2. Pilih Supplier Barang Impor Terpercaya
Vetting supplier harus ketat, karena ini menentukan kualitas dan kontinuitas pasokan.
- Lihat reputasi & trade record: periksa rating, jumlah transaksi, waktu aktif toko, dan review pembeli di 1688/Taobao/Alibaba.
- Minta sample: selalu pesan sampel (dengan biaya) untuk cek kualitas bahan, finishing, dan fungsi sebelum commit.
- Negosiasi MOQ & lead time: tanyakan Minimum Order Quantity, kapasitas produksi, serta estimasi lead time (produksi + packing). Mintalah opsi trial MOQ.
- Pembayaran aman: gunakan escrow/Alipay/Trade Assurance ketika memungkinkan; hindari transfer langsung tanpa proteksi kecuali sudah teruji.
- Perjanjian tertulis: minta invoice, packing list, dan konfirmasi spesifikasi. Untuk order besar, gunakan kontrak sederhana yang menyebut garansi, retur, dan penalties.
3. Hitung Modal dan HPP Secara Detail
Buat formula HPP (Harga Pokok Penjualan) yang komprehensif:
HPP per unit = Harga barang (USD/CNY) + Biaya produksi tambahan + Ongkir internasional (FOB/CIF) + Asuransi + Bea masuk + PPN/PPnBM (jika ada) + Biaya handling & forwarder + Biaya gudang & packaging + Biaya impor lain (custom clearance, storage)
- Ketahui HS Code & tarif bea: cari HS Code produk untuk estimasi tarif bea (0–~40% tergantung barang). Ini krusial untuk memperkirakan pajak impor.
- Kalkulasi kurs & fluktuasi: pakai kurs konservatif (mis. 3% di atas kurs spot) untuk antisipasi.
- Tambahkan margin operasional: overhead marketplace (fee platform, warehousing, iklan) sekitar 10–20% tergantung channel.
- Contoh singkat: jika harga barang CNY 50, ongkir CIF per unit CNY 10, bea masuk 10%, dan biaya lainnya setara 20% HPP, hitung untuk lihat apakah margin target (mis. 30%) tercapai.
4. Gunakan Jasa Impor Legal
Jika produk masuk LARTAS (BPOM, SNI, AKL, dll), jalur legal wajib diutamakan.
- Identifikasi kategori LARTAS: cek apakah produk memerlukan izin BPOM (kosmetik, bodycare), SNI (beberapa elektronik), AKL (alat kesehatan), atau izin lain.
- Dokumen yang diperlukan: invoice, packing list, bill of lading/airway bill, daftar barang (manifest), sertifikat asal (COO), dan dokumen izin spesifik (SKI BPOM, SNI certificate).
- Pilih importir/undername yang berpengalaman: mereka akan bantu urus perizinan, klasifikasi barang, dan komunikasi dengan bea cukai. Pastikan perusahaan tersebut punya NPWP, API (Akses Pengusaha Importir) atau partner yang memegang API.
- Cek risiko kepatuhan: biaya untuk pengurusan izin dan inspeksi bisa memakan waktu dan biaya; masukkan ini ke HPP.
5. Bangun Brand di Sosial Media
Jangan hanya modal produk murah — brand adalah pembeda utama.
- Funnel konten: buat konten awareness (short-form TikTok/IG Reels), edukasi (cara pakai, unboxing), dan conversion (testimoni, promo terbatas).
- Gunakan UGC & micro-influencer: minta pembeli awal buat content UGC; kerjasama micro-influencer (10k–50k followers) sering lebih cost-effective.
- Optimasi listing marketplace: foto produk profesional, deskripsi lengkap (fitur + ukuran + bahan), dan keyword SEO (masukkan “barang impor” & long-tail keywords).
- Iklan berbayar terukur: gunakan iklan konversi di TikTok/Instagram dengan budget uji (mis. Rp200–500rb) untuk lihat CPA sebelum scale.
6. Mulai dari SKU Sedikit
Strategi lean reduces risk:
- Pilih 2–5 SKU awal: fokus pada 1 kategori / 1 niche agar lebih mudah menyusun iklan dan inventory.
- Order trial kecil (dari supplier): gunakan MOQ terendah atau pilih paket sample untuk cek permintaan nyata.
- Pantau metrik utama: conversion rate, ROAS iklan, margin kotor, lead time produksi, dan return rate. Jika suatu SKU punya conversion >2–3% dan margin sehat, skala perlahan.
- Proses reorder: buat SOP reorder berdasarkan safety stock (lead time × rata-rata penjualan) sehingga tidak kehabisan stok.
Siap Menyambut Peluang Bisnis Barang Impor 2026
Tahun 2026 akan menjadi momentum besar bagi pebisnis yang ingin fokus di kategori barang impor. Permintaan terus meningkat, variasi produk makin luas, dan peluang margin sangat besar. Dengan strategi riset, pemilihan supplier, perhitungan biaya, dan importasi yang legal, bisnis barang impor bisa menjadi sumber penghasilan yang stabil.
Jika kamu butuh bantuan impor legal, atau perizinan produk, kamu bisa menghubungi tim Asia Commerce untuk konsultasi gratis.

0 Comments