Di ranah digital, jumlah followers sering dianggap sebagai ukuran kredibilitas untuk sebuah bisnis.
Itulah mengapa banyak pemilik usaha merasa perlu menunjukkan angka besar di profil Instagram atau TikTok mereka agar terlihat lebih meyakinkan untuk para calon konsumen.
Tidak jarang, praktik membeli followers pun dipilih sebagai jalan pintas.
Tapi, apa strategi ini benar-benar bagian dari strategi marketing di sosial media yang aman dan efektif, atau justru bisa menimbulkan masalah dalam jangka panjang?
Praktik Beli Followers
Di sosial media, jumlah followers adalah semacam “mata uang” yang sangat mempengaruhi kepercayaan audiens.
(Riset menunjukkan 70% konsumen cenderung lebih percaya pada brand yang punya followers besar di media sosial.)
Inilah sebabnya banyak bisnis–terutama yang baru merintis–merasa angka besar adalah jalan cepat untuk membangun image yang kuat.
Padahal, angka besar ini tidak akan otomatis menghasilkan interaksi yang kuat.
Bisa jadi angka followers tersebut hanya akan memperkuat tampilan “eksternal”, tanpa kontribusi nyata pada engagement maupun penjualan.
Membeli followers memang bisa meningkatkan jumlah dalam hitungan jam saja, sayangnya, kebanyakan followers ini berasal dari akun palsu (bot) atau pasif.
Algoritma Instagram dan TikTok kini semakin pintar mendeteksi interaksi yang tidak alami, sehingga akun dengan followers palsu akan bisa terkena penalti berupa turunnya jangkauan konten secara signifikan.
Artinya jika bisnis Anda ketahuan menggunakan metode serupa, reputasi bisa turun drastis karena konsumen semakin jeli membedakan interaksi asli dan angka yang dimanipulasi.
Baca Juga: Checklist Digital Ekspor UMKM: Website, Iklan, dan SEO yang Wajib Dimiliki
Solusi Terbaik: Beli Followers + Pertumbuhan Organik

Daripada menganggap metode membeli followers sebagai sebuah strategi tunggal, Anda lebih baik memandangnya sebagai “pemicu awal”.
Misalnya, menggunakan jasa penambah followers aktif & relevan dari Sribu untuk membangun image awal, lalu mengimbanginya dengan strategi pertumbuhan organik yang sehat.
Strategi organik ini bisa mencakup pembuatan konten yang memberikan manfaat nyata, engagement aktif dengan audiens, serta pemanfaatan iklan berbayar resmi dari platform.
Data dari Influencer Marketing Hub menunjukkan bahwa brand yang fokus pada engagement organik dapat memperoleh tingkat konversi hingga 10x lebih tinggi dibanding mereka yang hanya mengejar angka followers.
Dengan kata lain, kombinasi metode beli + organik bisa menjadi langkah terbaik:
Angka awal (hasil beli) akan memberikan kredibilitas, lalu interaksi organik akan membantu pertumbuhan akun dalam jangka panjang.
Baca Juga: 8 Software Akuntansi Gratis Terbaik di Indonesia, Wajib Coba!
Penutup
Membeli followers bukanlah sebuah praktik yang sepenuhnya bersifat negatif, asalkan dilakukan secara hati-hati dan dibarengi strategi organik.
Jika Anda hanya mengandalkan angka, bisnis bisa terjebak pada ilusi popularitas, di mana akun terlihat disukai banyak orang, tapi tidak mendapatkan interaksi ataupun hasil nyata sama sekali.
Tapi, jika dikombinasikan dengan konten yang relevan dan interaksi nyata, strategi ini akan bisa membantu memperkuat citra sekaligus mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan!
Jadi, pastikan Anda membeli followers dari sumber terpercaya seperti layanan freelancer di Sribu, supaya hasilnya akan bisa memberikan dampak yang positif.
Tidak hanya dalam waktu dekat, tapi juga di tahun-tahun yang akan datang.