Dalam dunia bisnis, kamu mungkin sering mendengar tentang istilah “bullwhip effect“. Bullwhip effect ini dapat memengaruhi rantai pasokan yang sudah terbangun. Padahal, rantai pasokan yang solid adalah aspek krusial dalam menghadapi persaingan bisnis yang ketat.
Perubahan kecil dalam permintaan konsumen dapat mempengaruhi seluruh rantai pasokan secara dramatis. Itulah mengapa kamu perlu memahami bullwhip effect, sebuah fenomena di mana fluktuasi kecil permintaan dari konsumen bisa menjadi semakin besar saat bergerak dari hulu ke hilir dalam rantai pasokan. Dalam artikel ini, kami akan membahas dengan detail mengenai fenomena ini dan memberikan strategi yang tepat untuk mencegah efek ini mengganggu stabilitas rantai pasokanmu.
Apa Itu Bullwhip Effect?
Bullwhip effect atau efek cambuk adalah fenomena dalam rantai pasokan di mana fluktuasi permintaan yang kecil di tingkat ritel dapat memicu fluktuasi yang semakin besar di tingkat grosir, distributor, produsen, dan pemasok bahan baku. Fenomena ini mirip dengan gerakan mengayunkan cambuk, di mana gerakan kecil pada pergelangan tangan menyebabkan pola gelombang yang semakin kuat dalam reaksi berantai.
Penyebab utama dari fenomena bullwhip effect adalah saat retailer mengubah jumlah pesanan dari grosir berdasarkan perubahan permintaan yang kecil. Grosir akan meningkatkan pesanan dari produsen dengan jumlah yang lebih besar, dan produsen, sebagai elemen yang lebih terpisah, akan menambah produksinya dengan jumlah yang lebih besar lagi.
Fenomena ini biasanya terjadi dalam rantai pasokan yang melibatkan aktivitas antara retailer, distributor, produsen, dan supplier bahan baku, dan dapat menyebabkan jumlah pesanan menjadi lebih besar atau lebih kecil daripada angka penjualan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bullwhip effect, para pelaku bisnis di rantai pasokan dapat mengambil langkah-langkah yang lebih tepat untuk mengurangi dampak negatif dari fluktuasi permintaan.
Penyebab Terjadinya Bullwhip Effect
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, biasanya, efek cambuk bergerak dari tingkat ritel naik ke rantai pemasok atau produsen. Namun, apa penyebab lainnya yang membuat fenomena ini tidak dapat dihindari? Berikut ini adalah daftar yang menyebabkan terjadinya bullwhip effect.
A. Penyebab yang Diakibatkan oleh Perilaku yang Tidak Tepat
Beberapa penyebab perilaku yang bertanggung jawab atas terjadinya bullwhip effect di antaranya:
1. Kebijakan stok dasar yang tidak tepat.
2. Kesalahan dalam membaca tren demand. Misalnya, jika pengecer melihat permintaan turun 10% pada hari pertama, dia baru akan memesan barang baru pada hari ke-10 atau bahkan hari ke-20. Semakin panjang rantai pasokan, semakin lama penundaan ini, dan pemain di akhir rantai pasokan baru mengetahui penurunan permintaan setelah beberapa minggu.
3. Reaksi panik dengan memesan terlalu banyak setelah permintaan tidak terpenuhi.
4. Risiko yang dirasakan akibat keputusan terbatas dari pemain lain. Misalnya, produsen mungkin mengurangi produksi lebih dari yang sebenarnya dibutuhkan setelah menerima informasi penurunan permintaan dengan keterlambatan.
B. Penyebab yang Diakibatkan oleh Kesalahan Operasional
Beberapa penyebab kelalaian operasional yang bertanggung jawab atas terjadinya fenomena ini antara lain:
1. Setiap anggota supply chain meningkatkan pesanan mereka untuk melebihkan stok produk.
Misalnya saat ritel memesan barang, dia menambah stok pengaman untuk jaga-jaga ketika menghadapi situasi tak terduga. Hal ini membuat pemasok memesan ke lebih banyak ke produsen berdasarkan total pesanan ritel. Semakin banyak pelaku dalam suatu supply chain melakukan ini, stok pengamanan akan bertambah banyak dan membuat anggota paling tinggi dalam supply chain meningkatkan produksi stok mereka.
2. Banyak perusahaan cenderung menunggu hingga pesanan menumpuk sebelum memesan dari pemasok mereka (order batching).
Dengan cara ini, mereka dapat mendapatkan keuntungan dari penjualan dalam jumlah besar (skala ekonomi) dan memiliki kesempatan untuk memesan truk dengan muatan penuh, yang secara signifikan mengurangi biaya transportasi.
3. Fluktuasi harga
Karena inflasi, diskon, atau penjualan bisa mendorong pelanggan membeli lebih banyak daripada yang mereka butuhkan, memicu permintaan yang tidak stabil.
4. Praktik penjatahan dan permainan
Saat pengecer mencoba membatasi jumlah pesanan dengan hanya mengirimkan sebagian dari pesanan yang dilakukan oleh pembeli. Karena pembeli menyadari hal ini, mereka mencoba untuk “memanipulasi” sistem dengan meningkatkan jumlah pesanan yang diajukan. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan dalam informasi pesanan yang diterima.
Baca juga: Ecer dan Grosir? Ini Perbedaan yang Harus Importir Tahu!
Contoh Kasus Bullwhip Effect
Misalkan ada sebuah toko sepatu yang biasanya menjual 20 pasang sepatu setiap minggunya. Namun, tiba-tiba ada tren sepatu tertentu yang sedang booming, dan penjualan naik menjadi 40 pasang sepatu per minggu.
Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan, toko sepatu ini perlu meningkatkan persediaan menjadi 50 pasang sepatu per minggu. Namun, saat toko ini memberikan detail permintaan produk ke distributor, toko ini mengubah permintaan mereka menjadi 60 pasang sepatu yang ternyata agak sulit untuk dipenuhi oleh distributor. Toko tersebut meningkatkan permintaan mereka karena mereka ingin menyiapkan stok lebih kalau-kalau produk mereka habis.
Sementara itu, produsen sepatu juga harus meningkatkan produksi menjadi 70 pasang sepatu per minggu untuk memenuhi permintaan yang meningkat dan menambahkan stok penyimpanan pula. Efek domino ini akan terus bertambah hingga mencapai puncak dari supply chain tersebut.
Cara Mencegah Bullwhip Effect
Efek ini mungkin sulit untuk diidentifikasi secara real time, sebagian karena disebabkan oleh kurangnya komunikasi di seluruh rantai pasokan. Seringkali, bullwhip effect baru dirasakan ketika fenomena ini sudah terjadi.
Diperlukan informasi yang lebih baik untuk mengurangi efek bullwhip. Ini berarti komunikasi yang lebih baik di antara mitra rantai pasokan dan metode peramalan yang lebih baik. Beberapa tindakan yang umumnya direkomendasikan yaitu:
1. Mendorong komunikasi dan kolaborasi dalam supply chain
Untuk mencegah masalah ini, penting bagi perusahaan dan semua mitra dalam rantai pasokan seperti pelanggan, pemasok, distributor, dan manufaktur untuk lebih berkolaborasi dan berkomunikasi secara efektif.
2. Gunakan forecasting dan visibility tools
Terdapat beragam perangkat lunak yang dapat membantu meningkatkan akurasi peramalan permintaan dan memberikan visibilitas terhadap seluruh rantai pasokan. Dengan menggunakan teknologi ini, bisnis dapat membuat keputusan yang lebih baik dan efisien dalam mengelola rantai pasokan.
3. Jelajahi pendekatan demand-driven dalam manajemen supply chain.
Eksplorasi pendekatan demand-driven dalam manajemen supply chain merupakan langkah penting untuk merespons perubahan permintaan dengan cepat dan efektif. Dalam pendekatan ini, teknologi dan proses yang terintegrasi bekerja bersama untuk memberikan jawaban terbaik bagi supply chain.
Bullwhip Effect Sudah Terjadi? Lakukan Langkah Ini
Jika ternyata bisnismu sudah terlanjur mengalami fenomena ini, berikut adalah beberapa cara efektif untuk mengatasi bullwhip effect:
1. Simplifikasi proses pesanan
Salah satu langkah pertama dalam mengurangi bullwhip effect adalah dengan menyederhanakan proses pesanan barang. Rantai pasokan yang rumit cenderung meningkatkan risiko terjadinya efek bullwhip. Oleh karena itu, upayakan untuk menyederhanakan sistem pesanan produk agar lebih efisien.
2. Batasi promosi dan penjualan
Untuk mencegah terjadinya bullwhip effect, penting untuk membatasi promosi penjualan. Fokuslah pada up-selling dan cross-selling untuk meningkatkan nilai pesanan rata-rata, tanpa harus memicu fluktuasi permintaan yang berlebihan.
3. Optimalisasi Minimum Order Quantity (MOQ)
Selain langkah-langkah sebelumnya, salah satu cara lain untuk mengatasi bullwhip effect adalah dengan menetapkan jumlah pesanan minimum (MOQ). Namun, perlu diperhatikan bahwa penggunaan MOQ harus bijaksana, terutama pada barang dengan diskon masal. Penggunaan MOQ yang tidak tepat dapat menyebabkan pemesanan berlebihan dan mengganggu keseimbangan persediaan.
Baca juga: Importir Catat! Apa Itu Cross Docking dalam Distribusi Barang?
Solusi Terbaik Untuk Masalah Pengadaan Barang
Ketika bisnismu mengalami masalah dalam pengadaan barang, mungkin kamu akan bingung dan panik karena supplier yang kamu percayai untuk bekerja sama tidak mampu memenuhi demand dari bisnismu. Dengan demikian, bisnismu menjadi mandek dalam beberapa waktu karena kamu tidak dapat menjual produk-produk andalan bisnismu.
Namun, sekarang kamu tidak perlu khawatir! AsiaCommerce hadir untuk memberikan solusi terbaik dalam masalah pengadaan barangmu. Sebagai perusahaan impor yang berpengalaman, kami menyediakan akses ke berbagai supplier global dan lokal yang sesuai dengan kebutuhan bisnismu.
Dengan AsiaCommerce, proses pengadaan barang akan menjadi lebih lancar dan efisien. Tim ahli kami akan membantu menyusun strategi pengadaan yang tepat, melakukan negosiasi harga terbaik, dan memastikan bahwa barang sampai ke tempatmu dengan tepat waktu. Kamu juga akan mendapatkan informasi dan insight terkini mengenai pasar dan tren yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan pengadaan yang cerdas.
Tunggu apalagi? Segera hubungi tim kami melalui tautan berikut atau banner di bawah ini untuk melakukan konsultasi lebih lanjut. Dengan AsiaCommerce, pengadaan barang akan menjadi lebih lancar dan efisien. Ayo bergabung dengan kami dan rasakan perbedaannya!