Sebagai seorang pebisnis atau entrepreneur, pasti diperlukan adanya bahan baku atau modal untuk membuka suatu usaha. Hal yang menjadi prioritas dalam berbisnis seharusnya adalah mengambil laba sebesar-besarnya dengan modal sekecil mungkin. Sebagian besar pebisnis dapat setuju bahwa membeli dalam jumlah besar atau grosir meningkatkan margin keuntungan yang mereka dapatkan. Alasannya, pembelian dalam jumlah banyak biasanya mengakibatkan produsen mengurangi harga modal per-satuan. Selain itu, biaya pengantaran menjadi lebih murah karena dibagi banyak produk dalam satu kali antar. Sehingga dengan harga modal yang lebih murah karena pembelian grosir, Anda berpotensi mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Tentu saja, melakukan impor secara grosir memiliki resiko yang tinggi karena berhubungan dengan jumlah uang yang besar. Untuk menghindari kerugian finansial dan waktu, saya merangkum kesalahan umum yang sebaiknya dihindari apabila membeli grosir dari China. Apa saja kesalahan tersebut? Simak di bawah ini.
1. Terlalu Mengejar Tren Musiman
Pada tahun 2017 lalu, sebuah mainan bernama fidget spinner sempat trend di pasar. Sebabnya, mulai dari anak kecil hingga orang tua gemar memainkan mainan yang kelewat simpel tersebut. Pada saat itu, beberapa pebisnis mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan peluang trend ini. Fenomena ini kemudian diikuti dengan banyak orang yang melakukan impor mainan ini dari China secara grosir untuk kemudian dijual kembali di Indonesia.
Sayangnya, banyak penjual yang kemudian harus menanggung rugi ketika mainan tersebut juga dengan cepat menghilang dari trend pasar. Mengakibatkan stok fidget spinner yang mereka simpan tidak laku lagi. Kejadian ini menjadi pelajaran bahwa membuka bisnis dengan memanfaatkan peluang tidak salah. Namun, harus tetap diikuti dengan pertimbangan yang matang agar tidak menjadi kerugian ketika produk sudah tidak trend lagi.
2. Keterampilan Negosiasi yang Lemah
Ketika melakukan negosiasi dengan supplier, Anda merupakan seorang pembeli yang akan membeli dalam jumlah besar. Ingatlah bahwa Anda memiliki hak untuk menawar kepada supplier. Kemampuan negosiasi yang lemah berarti Anda terpaksa membeli sebuah produk dengan harga yang tinggi. Meskipun ini membantu pihak supplier, Anda akan berada dalam posisi yang dirugikan. Keterampilan negosiasi yang kuat dan wajar akan membantu Anda mendapatkan produk yang berkualitas dengan harga yang lebih murah.
3. Hanya Memilih Supplier dengan Harga Penawaran Termurah
Supplier dengan harga penawaran yang sangat murah memang menarik, namun belum tentu bisa dipercaya. Hal inilah yang tidak dimengerti oleh sebagian pebisnis, sehingga mereka langsung membeli barang murah tanpa memperhatikan kualitasnya demi keuntungan besar. Sebagai pebisnis, tentu Anda tidak mau Brand anda dicap sebagai penjual barang-barang berkualitas buruk. Apabila suatu supplier menjual produk dengan harga yang kelewat murah, maka ada kemungkinan produk tersebut bermasalah. Ini bukan berarti produk yang mahal pasti bagus dan dapat dipercaya. Sebaiknya, hindari membeli produk grosir yang dijual dengan harga yang kurang masuk akal.
4. Mengabaikan Informasi Dasar
Perusahaan dan pabrik di China biasanya tutup pada hari-hari tertentu. Pada saat-saat seperti ini, supplier mungkin akan mengabaikan Anda dan pengiriman barang akan tertunda. Oleh karena itu, merupakan keputusan yang bijak untuk menyiapkan sebuah planning jauh-jauh hari sebelum hari libur tersebut. Dengan menyimpan stok sebelum hari-hari besar seperti Natal dan CNY (Chinese New Year), Anda secara tidak langsung bersiap untuk shopping season. Selain itu, Anda juga menghindari shipping rush karena banyaknya importir lain yang juga memesan produk dari China pada saat itu.
5. Tidak Membeli Sampel dan Langsung Membeli dalam Jumlah Besar
Sampel atau prototype membantu Anda melihat sebuah produk dari dekat dan membantu Anda memutuskan, apakah ini supplier yang tepat. Namun, seringkali banyak pembeli yang mengabaikan hal ini. Mereka memilih produk secara Online melalui Marketplace, lalu langsung mengontak supplier dan membeli secara grosir. Padahal, hal-hal seperti kualitas, jangka waktu ketahanan, serta berfungsi atau tidaknya suatu produk tidak bisa dilihat secara online. Sehingga Anda harus membeli sampelnya terlebih dahulu. Dengan adanya sampel, Anda juga memiliki patokan sebagai perbandingan apakah hasil akhir produk yang dikirimkan sesuai dengan ekspektasi.
6. Terlalu Percaya dengan Pernyataan Supplier
Prototype sudah dibeli dan dikirimkan ke pihak Anda. Namun, ternyata sampel tersebut tidak sesuai ekspektasi sehingga Anda melakukan komplain dan meminta produk dengan kualitas yang lebih baik. Supplier berjanji bahwa produk hasil akhir pasti akan sesuai dengan ekspektasi Anda setelah diproduksi dalam jumlah besar / grosir. Anda menyetujui dan kemudian melakukan pembayaran untuk produksi massal. Ternyata, produk hasil akhir tidak sesuai dengan ekspektasi Anda. Kasus seperti ini sering terjadi di kalangan importir pemula dan mengakibatkan mereka mengalami kerugian finansial dalam jumlah besar. Ini bukan berarti supplier China tidak bisa dipercaya. Namun, merupakan langkah yang bijak apabila Anda menuntut pembuatan sampel hingga sesuai dengan ekspektasi sebelum melakukan deal. Supplier yang baik akan mengerti dan mengusahakan produksi yang terbaik. Sebaliknya, sudah sewajarnya Anda meninggalkan supplier yang sulit untuk diajak bekerja sama.
7. Tidak Melakukan Quality Control pada Barang
Customer akan melakukan penilaian terhadap produk Anda dari 2 aspek utama, yaitu Harga dan Kualitas. Anda dapat mengontrol harga karena itu bergantung pada seberapa besar keuntungan yang ingin Anda dapatkan. Namun, Anda tidak dapat sepenuhnya mengontrol kualitas produk yang berasal dari supplier. Padahal dengan persaingan pasar yang tinggi, kualitas telah menjadi pembeda pasar untuk hampir semua produk dan jasa.
Oleh karena itu, sebaiknya Anda dari awal melakukan QC atau Quality Control. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan produk akhir dengan sampel, atau dari tanggapan customer Anda melalui reviews dan after-sales service. Bagaimana apabila Anda ingin Quality Control dilakukan sebelum produk keluar dari China untuk mengurangi biaya pengembalian? Caranya adalah dengan memanfaatkan Jasa Fulfillment. Anda dapat membaca lebih lanjut mengenai Fulfillment disini. Singkatnya, Jasa Fulfillment memungkinkan Anda untuk melakukan QC dengan mudah melalui perusahaan pihak ketiga.
8. Memiliki Pola Pikir yang Salah
Banyak pebisnis yang berpikir bahwa produk yang banyak dikonsumsi dan banyak dicari merupakan produk yang paling bagus untuk dijual. Apakah ini sepenuhnya benar? Mari kita kembali menggunakan fidget spinner sebagai contoh. Pada pertengahan 2017, fidget spinner banyak dikonsumsi karena memiliki target pasar yang sangat luas. Banyak orang yang berhasil menjual mainan terapi ini, tapi banyak juga yang tidak terjual. Mengapa begitu? Ketika menjual produk yang banyak dikonsumsi, Anda akan dengan cepat menyadari bahwa pasar yang besar = banyak pesaing. Anda dapat menjual produk dengan melihat peluang di pasar, namun pada akhirnya, keberadaan pesaing juga harus dipertimbangkan. Begitu Anda menemukan produk yang tepat untuk pasar yang tepat, akan mudah untuk menjual produk dalam jumlah besar.
9. Bekerja Sama dengan Supplier yang Kurang Bisa Diandalkan
Dalam mencari supplier, Anda sebaiknya memastikan validitas supplier dengan mencari informasi terlebih dahulu sebelum melakukan kontak. Ini dilakukan agar Anda tidak perlu membuang waktu untuk negosiasi dengan supplier yang ternyata tidak dapat memenuhi ekspektasi Anda. Melakukan pengecekan latar belakang dengan melakukan pencarian nama supplier di Google merupakan cara yang paling mudah dan cepat. Akan lebih baik apabila Anda menemukan supplier yang memiliki website resmi, karena itu biasanya berarti bahwa supplier tersebut serius berbisnis.
Simbol atau badge “Gold Supplier” di Alibaba-pun tidak bisa menjadi patokan tunggal untuk menentukan bagus tidaknya seorang supplier. Mengapa demikian? Karena menurut website resmi Alibaba.com, Gold Supplier diberikan kepada mereka yang membayar untuk paid membership. Sehingga badge “Gold Supplier” sebenarnya bisa didapatkan oleh semua orang, bahkan supplier oleh supplier yang kurang bisa diandalkan.
10. Hanya Mau Bekerja Sama dengan Supplier Besar
Seringkali kita berpikir bahwa supplier yang memiliki pabrik besar lebih terjamin kualitasnya. Produksi massal mereka juga memungkinkan kita sebagai pembeli untuk mendapatkan harga yang lebih murah apalagi kalau membeli dalam grosir. Cara berpikir seperti ini memang benar, namun bukan berarti supplier besar selalu dapat dipercaya. Di China, Supplier tidak harus memiliki pabrik yang besar untuk menjamin produk yang berkualitas. Baik pabrik besar maupun perusahaan kecil sama-sama memiliki keunggulan masing-masing.
Setelah melihat artikel di atas, apakah Anda tertarik untuk berbisnis dari produk grosir impor? Ingin berjualan secara online tapi bingung mencari supplier dari Alibaba atau supplier lain dari China? Jangan khawatir karena AsiaCommerce akan membantu Anda melakukan impor barang dari China. Kami menyediakan fasilitas Quality Control melalui Gudang Fulfillment kami di China. Kami juga akan membantu Anda hingga sampai tahap negosiasi dengan supplier. Tunggu apa lagi? Bergabunglah dalam membership sekarang juga agar Anda mendapat produk berkualitas dari supplier yang tepat dan mendapat harga yang terbaik! Klik disini untuk mendaftar atau klik pada banner di bawah ini.
[…] memiliki produk berkualitas dengan harga yang masuk akal, jangan terlalu mengejar harga termurah. Supplier yang baik akan mengerti dan mengusahakan produksi yang terbaik. Sebaliknya, sudah sewajarny…. Jangan lupa untuk melakukan background check Supplier dengan memastikan validitas mereka melalui […]